Jumat, 23 Mei 2008

Cinta dan Iman

Menikah adalah sunnah Rasulullah SAW. Harapan umat adalah, menikah akan membawa ketentraman, ketenangan jiwa dan berpengharapan untuk memperoleh keturunan. Dengan cinta mereka punya impian, dengan cinta mereka punya harapan untuk BAHAGIA. Dalam perjalanannya, tak semua pernikahan yang telah didasari cinta melaju sesuai dengan harapan dan impian. Pernikahan ibarat perjalanan dari rumah menuju kota bahagia. Begitu banyak jalan yang telah tersedia. Kita tinggal tentukan pilihan mau melewati jalan yang mana. Ketika kita telah memilih jalan, ternyata tanpa diduga ada kerikil dan batu tajam ada di tengah perjalanan. Pada saat hujan tiba, badaipun kerap hadir. Badai kecil sampai badai besar bisa datang kapan saja tanpa diundang. Terkadang dengan hujan yang begitu derasnya dan badai yang kencang membuat batu besar jatuh dan menghalangi perjalanan kita. Lantas, apakah kita akan menghentikan perjalanan kita menuju kota bahagia? Apakah mungkin kita meneruskan perjalanan kita? Bisa atau tidaknya kita meneruskan perjalanan, tergantung bagaimana kita bisa mengatasi segala hambatan yang mengganggu perjalanan kita. Banyak teknik dan metode yang diterapkan. Dan setiap orang pasti punya cara sendiri2 untuk itu.
Seharusnya semua orang bisa menuju kota tersebut. Tapi mungkin jalan dan cara yang ditempuh membuat perbedaan waktu untuk tiba di sana. Namun ada pula sebagian pernikahan yang tidak sampai ke kota tersebut karena mengalami kecelakaan, yang tidak memungkinkan lagi untuk sampai ke kota tujuan.

Dan pada kenyataannya, cara dan kekompakan pasangan sangat menentukan berlangsungnya kehidupan rumah tangga impian. Cara di sini pun ada 2 pilihan, cara yang benar dan cara yang salah. Cara yang benar akan memudahkan pasangan menyingkirkan permasalahan rumah tangga, hingga cepatlah pernikahan menggapai bahagia. Dan cara yang salah akan membuat masalah begitu sulit di atasi, menjadikan sebagai beban hidup yg sangat berat. Cara yang salah ini secara otomatis akan membuat kita tidak kompak. Cinta tak bisa lagi menyelesaikan masalah. Dan jika sudah tak ada lagi kekompakan maka akan sulit dan semakin lama waktu kita untuk menggapai bahagia. Bagaimanakah cara yang benar tersebut?

Kebenaran sejati adalah sunnah Rasulullah. Jika pernikahan didasari oleh iman dan sunnah Rasul, tak sedikitpun kita mengalami kesulitan dalam menjalankan roda kehidupan dalam pernikahan. Cinta tanpa iman, hanya akan membawa kita ke arah yang sesat. Cinta tanpa iman adalah nafsu. Akibatnya, segala permasalahan, hambatan, kesulitan yang hadir dalam perjalanan pernikahan kita disikapi dengan amarah, karena tak kunjung selesai. Emosi, karena tak kunjung mendapat solusi. Putus asa karena merasa tak sanggup. Yang ada hati menjadi kecewa, resah, sedih, sakit hati. Dan yang paling berbahaya bila kita sampai berburuk sangka kepada Allah…atas apa yang sedang menimpa hidup kita.
Akan berbeda jika pernikahan didasari oleh iman. Dengan iman kita punya rasa cinta. Dengan iman kita akan selalu menemukan solusi dalam segala permasalahan, menyikapi masalah dengan sabar sabagai cobaan hidup yang perlu dinikmati. Karena cobaan adalah bukti kasih sayang Allah SWT kepada kita. Iman membuat hati menjadi sangat nyaman, tenang dan damai.
Apakah kita telah tergolong orang yang beriman? Jika merasa sudah, semoga semakin bertambah iman dan taqwa kita pada Allah SWT. Jika merasa belum, jangan pernah berhenti untuk mencoba. Iman adalah nikmat. Dengan iman kita bisa bersyukur.
Pesanku adalah... jangan memulai suatu pernikahan bila hanya didasari oleh cinta. Karena ternyata cinta bukan segala-galanya, cinta tidak bisa menyelesaikan masalah kehidupan. Selalu mohon petunjuk atas pilihan kita. Karena apa yang baik menurut manusia, belum tentu baik menurut Allah SWT.

Berserah diri, dan ikhlaskan hati dalam menjalani hidup……..Semoga kita selalu berada dalam lindunganNnya. AMIN….


Entri Populer

 
Blogger Templates