Selasa, 24 Maret 2015

DIA

Aku memandang fotonya yang sedikit kabur yang terpampang di layar hape-ku sekarang ini.

Ingatanku kembali ke masa 28 tahun silam, awal aku mengenalnya, kelas 5 SD. Teringat jelas masa itu….entah bagaimana awalnya, kami menjadi pasangan yang sering diolok2in oleh teman2nya dan teman2ku. Kala itu dia adalah kakak kelasku. Aku ingat kami dulu suka curi2 pandang. Aku suka melihatnya dan dia juga suka memperhatikan aku. Tanpa pernah tau apa perasaan kami saat itu. Yang aku ingat kami pernah dekat hingga aku kelas 3 SMP.

Waktu berlalu……., kabar yang aku dengar kemudian dia sudah memiliki orang lain di hatinya. Akupun kini akhirnya sudah berkeluarga. Jalan takdir kita ternyata bersisihan jalan…

Saat itu, aku tak tahu sejak kapan rasa ini tumbuh. Aku pun tak mampu memadamkannya. Aku berharap ketika saatnya sudah tepat, aku akan nyatakan perasaanku padanya. Usia kami masih sangat belia saat itu. Aku selalu berharap suatu saat diapun akan nyatakan perasaannya dan kita bisa bersama menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman. Namun ternyata terlambat. Semua keinginan dan harapanku yang sedianya ingin kubangun bersama dia, lepas seiring dia memilih orang lain, bukan aku. Harapanku, dia akan selalu ingat padaku, seperti aku yang selalu ingat padanya. Meski asa itu telah sirna…

Tahun demi tahun berlalu, aku tak lagi mendengar kabar dan beritanya. Tak seorangpun tahu perasaanku sebenarnya. Tidak juga pasanganku.

2011, tanpa aku sadari kami berteman di facebook. Dia pernah menyapaku, dan betapa bodohnya aku karena tak pernah menyadari kehadirannya. Berlalu begitu saja…
Pertengahan tahun 2014, pandanganku tertuju pada sebuah foto usang di halaman pesan facebookku, fotoku masa kecil, kira2 saat aku kelas 1 SMP. Terkejut lagi setelah tau nama pengirim pesan itu, adalah seseorang yang namanya tidak asing di hatiku, seseorang yang pernah mengisi hatiku….di masa belia dulu. Ternyata dia masih menyimpan fotoku dengan baik selama bertahun-tahun
Tanpa pikir panjang aku menyapanya. Dia membalas sapaku. Dan singkat cerita aku dan dia kembali terhubung, berkomunikasi dan bercerita soal apapun. Menyenangkan, kerinduan akan masa lalu serasa kambali hadir dan sedikit terobati. Dan betapa bahagianya ketika dia bilang jika dia mencintaiku sejak kecil dulu hingga sekarang. Ternyata aku dan dia memiliki perasaan yang sama, yang selama ini belum pernah terungkapkan. Hanya kami simpan dalam hati. Antara bahagia, sedih, kecewa dan menyesal dalam hatiku. Dinding tebal berdiri di antara kami. Tapi kami cukup lega karena telah mengetahui perasaan kami masing-masing.

Saat ini aku hanya ingin dia bahagia bersama keluarganya. Aku sungguh tak mau berharap apa2 lagi, karena kami sudah memiliki keluarga masing-masing. Aku harus ridho akan masa laluku
Dia dan aku, walau pernah memiliki cerita singkat, itu hanya masa lalu. Dan saat ini berbeda....
Lebih baik aku nikmati saat ini, hidupku, keluargaku, pasanganku, anak-anakku, adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT padaku.
Biarlah dia dengan dunianya, dan aku dengan duniaku sekarang ini. Jalan kami memang berbeda, dan aku harus terima itu dengan lapang dada. 

Kuikhlaskan bayangan dia yang terus menari-nari di pikiranku perlahan pergi dan kunikmati rasa sesak dalam hati ini perlahan-lahan menyeruak dalam air mata malam ini. Kubiarkan bayangan dalam pikiran ini keluar, namun aku akan tetap simpan rasa ini mengisi relung hatiku. Dan selamanya…dia akan menjadi kekasih dalam hatiku yang terdalam….
Aku hanya bisa berdo’a semoga dia mendapatkan kabahagiaan dalam hidupnya.

#edisi ngarang cerpen

Entri Populer

 
Blogger Templates